Situasi di stadion berubah mencekam, di mana banyak penonton panik dan berusaha keluar dari stadion melalui pintu-pintu yang terbatas. Akibat dari tembakan gas air mata dan desakan yang terjadi, 135 orang dinyatakan meninggal dunia, sementara ratusan lainnya mengalami luka ringan hingga berat. Tragedi ini menjadi salah satu insiden paling tragis dalam sejarah sepak bola dunia.
Meski dua tahun telah berlalu, banyak pihak yang masih menuntut keadilan bagi para korban. Hingga saat ini, proses hukum atas tragedi tersebut dianggap belum memadai oleh keluarga korban dan para pendukung Arema FC. Mereka masih menunggu pertanggungjawaban dari pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab atas insiden tersebut, baik dari aparat keamanan maupun pengelola stadion.
Upaya hukum yang dilakukan oleh keluarga korban dan berbagai pihak pemerhati sepak bola Indonesia terus bergulir, namun kekecewaan terhadap lambannya proses hukum membuat tuntutan akan keadilan semakin keras terdengar.*