WASHINGTON, MATAJAMBI.COM - FBI mengungkapkan bahwa Tiongkok diduga terlibat dalam serangan siber besar-besaran yang menargetkan informasi warga Amerika Serikat, terutama yang bekerja di sektor pemerintahan dan politik.
Menurut laporan dari AP News pada Kamis, 14 November 2024, peretas asal Tiongkok berhasil menyusupi jaringan beberapa perusahaan telekomunikasi di AS, memungkinkan mereka mengakses data panggilan pelanggan serta komunikasi pribadi sejumlah individu penting.
Mayoritas target peretasan adalah orang-orang yang aktif di pemerintahan dan politik. Bahkan, data yang dicuri mencakup informasi yang dikumpulkan oleh lembaga penegak hukum AS berdasarkan perintah pengadilan, menunjukkan kemungkinan peretasan ini ditujukan pada program di bawah Undang-Undang Pengawasan Intelijen Asing (FISA). Program ini memungkinkan badan intelijen AS untuk memantau komunikasi yang dicurigai terkait agen asing.
Peretasan ini tidak hanya mencakup data pribadi, tetapi juga menargetkan infrastruktur penting seperti jaringan listrik, menimbulkan ancaman serius terhadap keamanan nasional. Pada September lalu, FBI berhasil menggagalkan operasi peretasan asal Tiongkok, dikenal sebagai Flax Typhoon, yang terjadi sebulan sebelum peretas yang diduga terkait Tiongkok mencoba mengakses data telepon kandidat presiden AS, Donald Trump, dan orang-orang terkait dengan kandidat Wakil Presiden Kamala Harris dari Partai Demokrat.
Baca Juga : Ada Kebakaran, Jalur Pendakian Senaru Lombok Ditutup Sementara
FBI dan Badan Keamanan Siber serta Infrastruktur (CISA) saat ini bekerja sama dengan industri telekomunikasi dan para korban untuk memperkuat pertahanan siber di AS. Meskipun Tiongkok telah membantah keterlibatan dalam peretasan ini, FBI menyatakan bahwa tindakan ini merupakan ancaman serius terhadap keamanan AS. Sementara penyelidikan masih berlangsung, FBI dan CISA juga meningkatkan kerja sama internasional untuk melawan ancaman siber yang berkembang.*