"Upaya pencegahan sudah maksimal, kami sering mengadakan sosialisasi dengan narasumber dari kepolisian dan instansi perlindungan anak. Namun, meski masalah ini sudah selesai, ada pihak yang menyebarkan kembali video tersebut," lanjutnya.
Liana mengaku khawatir jika isu ini terus diangkat, dapat memperburuk kondisi mental para pelajar dan keluarganya. Ia juga berharap agar masyarakat tidak mencari tahu lebih jauh tentang sekolah baru para pelajar tersebut.
"Kasihan orangtuanya jika masalah ini terus dibesar-besarkan. Kalau terus di-blow up, trauma yang dirasakan bisa membuat anak-anak tersebut enggan untuk kembali bersekolah," tegasnya.*