Ketegangan Memuncak di Bangladesh, Mahasiswa Desak Pengunduran Diri Presiden Shahabuddin

Reporter: Bagus - Editor: Bagus
- Kamis, 24 Oktober 2024, 11:33 AM
Ratusan pengunjuk rasa, sebagian besar mahasiswa, turun ke jalan di ibu kota Dhaka. Foto: X

DHAKA, MATAJAMBI.COM - Krisis politik di Bangladesh mencapai puncaknya setelah kelompok mahasiswa terkemuka menyerukan pengunduran diri Presiden Mohammed Shahabuddin. Seruan ini muncul menyusul komentar kontroversial Shahabuddin yang meragukan pengunduran diri mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina pada Agustus lalu, memicu kemarahan di kalangan mahasiswa dan oposisi.

Melansir ABC News, mahasiswa dari Gerakan Mahasiswa Anti-Diskriminasi memberikan tenggat waktu dua hari kepada Shahabuddin untuk mundur dari jabatannya. Ratusan pengunjuk rasa, sebagian besar mahasiswa, turun ke jalan di ibu kota Dhaka, dengan beberapa di antaranya mencoba menyerbu istana presiden. Para pengunjuk rasa menuduh Shahabuddin terlibat dalam mendukung rezim “fasis” Sheikh Hasina, yang mereka anggap bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia dan tindakan represif terhadap oposisi.

Dalam upaya membubarkan kerumunan yang semakin panas, pihak kepolisian menggunakan granat kejut untuk menghalau para pengunjuk rasa dari area sekitar istana. Meskipun situasi sempat tegang, tidak ada laporan korban cedera serius, namun ketegangan di Dhaka tetap tinggi.

Akar dari ketegangan ini bermula dari pernyataan Shahabuddin dalam sebuah wawancara dengan media lokal, di mana ia menyatakan bahwa ia belum menerima surat pengunduran diri resmi dari Sheikh Hasina, yang secara mengejutkan mundur dari jabatannya pada Agustus 2024. Pernyataan ini bertentangan dengan pidato publik Shahabuddin sebelumnya, di mana ia mengaku telah menerima surat pengunduran diri tersebut.

Baca Juga : Tekad Raih Kemenangan, Persib Bandung Siap Tampil Maksimal Lawan Lion City Sailors

“Saya sudah berusaha keras untuk mendapatkan surat itu, tetapi gagal,” ujar Shahabuddin dalam wawancaranya, yang langsung memicu gelombang kemarahan dari pemerintah sementara dan para aktivis mahasiswa. Mereka menuduh presiden menyebarkan kebohongan dan menutupi situasi sebenarnya.

Menurut Asif Nazrul, seorang penasihat hukum negara, pernyataan Shahabuddin bertentangan dengan konstitusi Bangladesh yang mengharuskan perdana menteri untuk menyerahkan surat pengunduran diri secara tertulis kepada presiden. Nazrul secara terbuka mempertanyakan apakah Shahabuddin masih layak memegang jabatannya setelah pernyataan yang dianggap menyesatkan tersebut.

Halaman:

Tags

Berita Terkait

Berita Populer

Berita Terbaru Lainnya

X