JAMBI, MATAJAMBI.COM - Ye Zhaoying, nama yang pernah disegani di dunia bulu tangkis, kini menjalani kehidupan yang sunyi di pengasingan. Mantan atlet tunggal putri dari China ini pernah menjadi salah satu rival utama Susy Susanti, legenda bulu tangkis Indonesia. Namun, alih-alih dikenang sebagai pahlawan olahraga, Ye kini dicap sebagai pengkhianat oleh negaranya sendiri, sebuah cap yang menghancurkan karier dan kehidupannya.
Prestasi Gemilang di Tengah Rivalitas dengan Susy Susanti
Lahir di Hangzhou pada 7 Mei 1974, Ye Zhaoying memulai karier bulu tangkisnya dengan cemerlang. Ia menjadi andalan tim nasional China dan sering berhadapan dengan Susy Susanti, salah satu pemain bulu tangkis terbaik dunia dari Indonesia. Sepanjang kariernya, Ye bertemu dengan Susy sebanyak 31 kali, dan berhasil memenangkan 11 pertandingan. Dominasi Ye dalam beberapa pertandingan melawan Susy menunjukkan betapa kuatnya dia di lapangan, membuatnya menjadi salah satu bintang utama bulu tangkis China pada era 1990-an hingga awal 2000-an.
Peristiwa di Olimpiade 2000: Awal dari Kejatuhan
Segala sesuatu berubah ketika Ye Zhaoying membuat pengakuan yang mengejutkan tentang pertandingan di Olimpiade 2000. Dalam sebuah wawancara, Ye mengungkapkan bahwa dia diminta untuk sengaja mengalah kepada rekan setimnya, Gong Zhichao, di semifinal Olimpiade Sydney. Gong kemudian melanjutkan untuk memenangkan medali emas, sementara Ye harus puas dengan tereliminasinya dia dari kompetisi.
Pengakuan ini membawa konsekuensi berat. Pemerintah China, yang merasa dikhianati oleh pernyataan Ye, segera mencapnya sebagai pengkhianat. Nama Ye Zhaoying dihapus dari sejarah olahraga China, seolah-olah semua prestasinya tidak pernah ada. Penghargaan dan pengakuan yang pernah dia terima pun lenyap, dan Ye harus menghadapi tekanan sosial dan politik yang luar biasa.
Baca Juga : Wakil Presiden Ma'ruf Amin Singgung Soal Menjadi Anak Presiden dalam Penutupan Muktamar PKB
Hidup dalam Pengasingan di Spanyol
Setelah dicap sebagai pengkhianat, Ye Zhaoying memutuskan untuk meninggalkan China. Bersama suaminya, Hao Haidong—seorang mantan pesepakbola profesional—Ye pindah ke Spanyol untuk memulai hidup baru. Meski jauh dari tanah air, bayang-bayang masa lalunya terus menghantui. Cap pengkhianat yang diberikan oleh pemerintah China membuat hidup mereka di Spanyol menjadi tidak mudah. Keduanya terus-menerus menghadapi stigma dan kesulitan, meskipun mereka hanya berbicara menentang rezim, bukan orang-orang China.