JAMBI, MATAJAMBI.COM - Generasi Z (Gen Z), lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, kini memasuki dunia kerja. Namun, banyak dari mereka mengalami tekanan mental yang signifikan. Fenomena "kena mental" merujuk pada stres, kecemasan, dan kelelahan yang dirasakan Gen Z dalam lingkungan kerja. Apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya?
Faktor Penyebab
-
Tuntutan Tinggi
- Gen Z sering merasa tertekan oleh ekspektasi yang tinggi dari diri sendiri, keluarga, dan atasan. Kehidupan di era digital yang menyoroti kesuksesan instan di media sosial memperburuk perasaan ini.
-
Ketidakstabilan Ekonomi
- Pandemi COVID-19 telah membawa ketidakpastian ekonomi, mempengaruhi stabilitas pekerjaan dan prospek karir, yang memicu stres dan kecemasan.
-
Perubahan Teknologi Cepat
- Meskipun melek teknologi, Gen Z harus terus belajar dan beradaptasi dengan teknologi baru, yang bisa menjadi sumber stres.
-
Kurangnya Dukungan
- Banyak Gen Z merasa tidak mendapatkan cukup dukungan dan pengakuan di tempat kerja, yang bisa menyebabkan perasaan tidak dihargai dan kurang motivasi.
-
Keseimbangan Kerja dan Kehidupan
- Gen Z sangat menghargai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Tekanan untuk bekerja lebih keras sering mengganggu keseimbangan ini, menyebabkan stres dan kelelahan.
-
Baca Juga : Tragis! Selebgram Medan Meninggal Usai Operasi Sedot Lemak di Depok, Kronologi Lengkap Terungkap Disini
Dampak pada Kinerja
-
Penurunan Produktivitas
- Stres dan kecemasan mengurangi fokus dan efisiensi di tempat kerja.
-
Tingginya Turnover
- Masalah kesehatan mental menyebabkan absensi tinggi dan keinginan untuk berpindah pekerjaan.
-
Hubungan Kerja Buruk
- Stres mempengaruhi hubungan antar karyawan dan dengan atasan, menciptakan konflik.
-
Kualitas Kerja Menurun
- Kesehatan mental yang buruk berdampak pada kualitas pekerjaan yang dihasilkan.