PRANCIS, MATAJAMBI.COM - Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, ditangkap di Bandara Bourget, Prancis, pada Sabtu 24 Agustus 2024 malam waktu setempat. Penangkapan ini dilaporkan oleh media Prancis TF1 TV dan BFM TV, yang mengutip sumber anonim.
Durov, yang juga pendiri VK, meninggalkan Rusia pada 2014 setelah menolak tuntutan pemerintah untuk menutup komunitas oposisi di platform media sosial tersebut. Saat ini, Telegram yang berbasis di Dubai adalah salah satu platform media sosial terkemuka, terutama di Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Uni Soviet, dengan target mencapai satu miliar pengguna pada tahun depan.
Menurut laporan TF1, penangkapan Durov terkait dengan surat perintah penangkapan di Prancis dalam penyelidikan awal yang dilakukan polisi. Penyelidikan tersebut dilaporkan fokus pada kurangnya moderasi konten di Telegram, yang dianggap memungkinkan aktivitas kriminal terus berlanjut tanpa hambatan.
Telegram, yang kini memiliki sekitar 900 juta pengguna aktif, tidak segera memberikan komentar terkait insiden ini, begitu pula dengan Kementerian Dalam Negeri dan polisi Prancis.
Baca Juga : Tottenham Bungkam Everton 4-0: Son Heung-min Bersinar, Bissouma Comeback Gemilang
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, Telegram menjadi platform utama untuk konten yang tidak disaring terkait perang dan politik, digunakan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, pejabat pemerintah Ukraina, serta Kremlin dan pemerintah Rusia.