2. Kerusakan Organ Reproduksi
Praktik aborsi yang tidak sesuai prosedur dapat menyebabkan kerusakan pada organ reproduksi. Kuretase yang dilakukan secara kasar atau penggunaan alat yang tidak steril dapat mengakibatkan perforasi rahim, yaitu robeknya dinding rahim. Hal ini bisa mengakibatkan pendarahan hebat dan kebutuhan untuk operasi tambahan.
3. Risiko Pendarahan Berat
Salah satu risiko utama dari aborsi yang tidak dilakukan dengan benar adalah pendarahan yang berat. Jika prosedur tidak lengkap atau bagian dari jaringan masih tertinggal, pendarahan dapat terjadi dan berpotensi menjadi kondisi darurat medis. Pendarahan yang berat memerlukan perhatian medis segera dan bisa mengancam nyawa jika tidak diatasi dengan cepat.
4. Gangguan Psikologis
Selain risiko fisik, aborsi yang tidak dilakukan sesuai prosedur dapat memengaruhi kesehatan mental. Trauma fisik dan emosional dari prosedur yang buruk bisa menyebabkan stres, kecemasan, dan gangguan psikologis. Dukungan psikologis dan konseling sangat penting untuk membantu individu melalui proses pemulihan.
5. Komplikasi Jangka Panjang
Aborsi yang dilakukan secara tidak aman dapat berpotensi menyebabkan masalah jangka panjang, seperti kesulitan dalam kehamilan di masa depan atau masalah kesuburan. Gangguan pada organ reproduksi akibat prosedur yang buruk bisa mengakibatkan endometriosis atau sindrom ovarium polikistik (PCOS) yang mempengaruhi kemampuan untuk hamil di masa depan.
Baca Juga : Bersiap! Squid Game Season 2 Akan Tayang di Netflix dengan Cerita yang Lebih Menegangkan, Catet Tanggalnya
Legalitas aborsi yang baru diberlakukan merupakan langkah penting dalam memberikan hak reproduksi dan kesehatan kepada perempuan.