Proses Belajar dan Menemukan Makna Kesempurnaan
Perjalanan waktu memberikan Dhini kesempatan untuk merenung dan belajar dari orang-orang di sekitarnya. Ia mulai menyadari bahwa pandangan tentang kesempurnaan seorang wanita seharusnya tidak dibatasi oleh kemampuan untuk melahirkan anak. Sebaliknya, kesempurnaan itu dapat dilihat dari bagaimana seorang wanita mendidik anak-anaknya dan menjalankan perannya dalam keluarga dan masyarakat.
“Tapi berjalannya waktu, aku berusaha untuk selalu belajar, berusaha dekat dengan orang-orang yang memang lingkungannya, Insya Allah menurut aku baik, yang benar-benar bisa men-support aku. Ya, aku menepis itu semua, karena kita tau dari mana dia benar-benar menjadi seorang wanita yang sempurna dengan dia melahirkan, dengan dia hamil?” tuturnya.
Bagi Dhini, kesempurnaan seorang wanita lebih dari sekadar menjadi ibu secara biologis. Ia percaya bahwa seorang wanita dapat menjadi figur yang sempurna ketika ia mampu menjalankan tanggung jawabnya dengan baik, baik sebagai istri, anak, maupun sebagai anggota masyarakat. Lebih dari itu, peran penting seorang ibu adalah bagaimana ia mampu mendidik anak-anaknya untuk menjadi individu yang baik dan berguna.
Kesempurnaan dalam Perspektif Pendidikan Anak
Dalam Islam, ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dhini menegaskan bahwa tanggung jawab terbesar seorang ibu bukan hanya melahirkan, tetapi juga memastikan bahwa anak-anaknya tumbuh dengan nilai-nilai moral dan akhlak yang baik. Menurutnya, seorang wanita tidak bisa dianggap sempurna hanya karena melahirkan anak, melainkan dari bagaimana ia mendidik anak-anak tersebut.
Baca Juga : Cara Daftar QR Code Pertalite Jelang Pembatasan 1 Oktober, Cek Di Sini!
“Tapi ternyata dia gagal mendidik anak, di kita (Islam) madrasah pertama itu adalah ibunya. Tapi kalau misalnya ternyata kita lihat ending-nya anak ini bukan jadi anak yang baik, menurut aku dia bukan menjadi seorang perempuan yang sempurna, karena dia tidak berhasil mendidik anak ini dengan baik,” katanya.