Meskipun Naomi Scott memberikan penampilan yang luar biasa dalam menggambarkan ketakutan dan rasa bersalah Skye, film ini kehilangan daya tariknya ketika cerita mulai berbelok terlalu jauh ke dalam realitas alternatif. Akibatnya, momen-momen seram yang awalnya menegangkan menjadi kurang efektif.
Seiring berjalannya cerita, film ini memasuki fase kengerian yang lebih ekstrem. Meskipun Smile 2 mengonfirmasi Finn sebagai sutradara berbakat dengan kemampuan visual yang menawan, film ini tampaknya perlu lebih fokus pada pengembangan cerita, bukan sekadar spektakel berdarah. Namun, bagi para penggemar horor, sekuel ini tetap menawarkan kengerian yang cukup untuk membuat mereka tersenyum, meskipun dengan ketakutan.
Apakah Smile 2 akan mengulangi kesuksesan film pertamanya? Hanya waktu yang akan menjawab, tetapi satu hal yang pasti: para penggemar horor pasti akan kembali untuk menyaksikan kengerian yang lebih besar dan berani ini.*
