MALANG, MATAJAMBI.COM - Dua tahun telah berlalu sejak Tragedi Kanjuruhan, dan Arema FC menyampaikan pesan penuh duka melalui akun Instagram mereka. Tragedi yang menelan korban 135 jiwa pada 1 Oktober 2022 ini masih membekas di hati para pendukung, keluarga korban, dan masyarakat sepak bola Indonesia.
Dalam unggahan di Instagram, Arema FC menuliskan pesan mengharukan untuk mengenang para korban tragedi tersebut.
"Doa Kami Selalu Bersamamu Nawak (kawan), 135+. Kami tidak akan pernah melupakan para korban tragedi Kanjuruhan. Doa dan penghormatan kami selalu tertuju kepada mereka dan keluarga yang ditinggalkan. Mari terus menjaga semangat mereka hidup dalam setiap langkah kita. 2 Tahun Tragedi Kanjuruhan," tulis Arema FC.
Meski unggahan tersebut ditujukan untuk mengenang tragedi yang memilukan, banyak netizen yang mengungkapkan kekecewaannya. Kritikan bertubi-tubi muncul, terutama mengenai ketidakadilan yang dirasakan oleh keluarga korban, yang hingga kini masih berjuang menuntut kejelasan hukum atas tragedi tersebut.
Baca Juga : Resmi Turun Per 1 Oktober, Pertamina Umumkan Harga Terbaru Pertamax Series dan Dex Series
Salah satu netizen menulis, "Dua tahun tragedi Kanjuruhan, belum ada juga keadilan!" Sentimen serupa juga diutarakan oleh pengguna lain, yang menyindir pihak klub dengan menyebut, "Suporternya sibuk mencari keadilan, klubnya sibuk mencari stadion."
Tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan, Malang, usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Kekalahan Arema dengan skor 2-3 memicu sejumlah suporter masuk ke lapangan. Tindakan ini kemudian direspons oleh aparat kepolisian dengan menembakkan gas air mata, baik ke dalam lapangan maupun ke arah tribune penonton.
Situasi di stadion berubah mencekam, di mana banyak penonton panik dan berusaha keluar dari stadion melalui pintu-pintu yang terbatas. Akibat dari tembakan gas air mata dan desakan yang terjadi, 135 orang dinyatakan meninggal dunia, sementara ratusan lainnya mengalami luka ringan hingga berat. Tragedi ini menjadi salah satu insiden paling tragis dalam sejarah sepak bola dunia.
Meski dua tahun telah berlalu, banyak pihak yang masih menuntut keadilan bagi para korban. Hingga saat ini, proses hukum atas tragedi tersebut dianggap belum memadai oleh keluarga korban dan para pendukung Arema FC. Mereka masih menunggu pertanggungjawaban dari pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab atas insiden tersebut, baik dari aparat keamanan maupun pengelola stadion.
Upaya hukum yang dilakukan oleh keluarga korban dan berbagai pihak pemerhati sepak bola Indonesia terus bergulir, namun kekecewaan terhadap lambannya proses hukum membuat tuntutan akan keadilan semakin keras terdengar.*