MATAJAMBI.COM - Garam dan micin atau monosodium glutamat (MSG) menjadi bahan tambahan makanan yang hampir selalu hadir dalam masakan sehari-hari.
Keduanya dikenal mampu menghadirkan rasa gurih dan asin, namun memiliki kandungan berbeda serta dampak kesehatan yang tidak sama.
Di pasaran, beragam merek garam banyak ditemui, mulai dari Garam Dolphin, Garam Refina, hingga Garam Cap Kapal. Sementara untuk micin, produk yang cukup populer adalah Ajinomoto, Sasa dan Totole.
Secara umum, garam mengandung natrium klorida atau NaCl. Kandungan ini penting untuk membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh, mendukung fungsi saraf, serta berperan dalam kontraksi otot. Meski demikian, konsumsi garam yang berlebihan justru bisa memicu berbagai penyakit serius.
Tekanan darah tinggi, penyakit jantung, hingga risiko stroke sering kali dikaitkan dengan asupan garam berlebih.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menetapkan rekomendasi konsumsi harian maksimal tidak lebih dari lima gram atau setara dengan satu sendok teh.
Sementara itu, micin atau MSG bekerja dengan menonjolkan rasa umami yang juga secara alami ditemukan pada tomat, keju dan daging. Kandungan natrium di dalam MSG memang ada, namun jumlahnya lebih rendah dibanding garam.
Badan Pangan dan Obat Amerika Serikat (FDA) serta berbagai penelitian internasional menyatakan bahwa MSG aman dikonsumsi jika tidak melebihi batas wajar. Meski begitu, pada sebagian kecil orang, konsumsi MSG berlebihan bisa menimbulkan keluhan ringan seperti sakit kepala atau sensasi panas di tubuh.
Dari sisi risiko, garam menjadi perhatian utama karena tingginya kandungan natrium yang berhubungan langsung dengan hipertensi dan penyakit kardiovaskular.
Sedangkan pada MSG, risiko yang paling sering disebut hanyalah reaksi sensitivitas ringan dan kasusnya terbilang jarang.
Pengendalian jumlah konsumsi menjadi kunci utama. WHO menegaskan bahwa garam sebaiknya tidak dikonsumsi lebih dari lima gram per hari.
Adapun untuk MSG, meski belum ada aturan resmi mengenai batas konsumsi harian, para ahli tetap menyarankan penggunaannya secara wajar dan tidak berlebihan.
Dengan pemahaman ini, masyarakat dapat lebih bijak dalam menggunakan garam maupun micin pada menu sehari-hari.
Menjaga keseimbangan konsumsi diyakini mampu mendukung pola makan sehat dan mencegah timbulnya penyakit kronis di kemudian hari.