Diperkirakan bahwa satu dari tiga wanita mengalami sistitis sebelum usia 24 tahun, dengan risiko yang lebih tinggi saat hamil, aktif secara seksual, atau setelah menopause.
Tanda-tanda
ISK yang harus diwaspadai
Gejala sistitis meliputi nyeri atau rasa panas saat buang air kecil, keinginan berkemih yang mendesak atau sering namun hanya sedikit urine yang keluar, warna urine yang keruh atau gelap, bau yang tidak sedap, nyeri di perut bawah, hingga demam dan rasa tidak enak badan.
Dokter menyarankan wanita untuk segera mandi dengan air bersih setelah berolahraga, mengenakan pakaian dari bahan katun yang menyerap keringat, dan menghindari mandi berbusa, bedak talek, atau tisu basah kewanitaan yang bisa menyebabkan iritasi.
Untuk sistitis ringan, minum banyak air, menghindari aktivitas seksual, dan pengobatan antibiotik selama tiga hari seringkali cukup untuk meredakan gejala. Namun, wanita dengan
ISK berulang mungkin memerlukan pengobatan jangka panjang.
Menjaga tubuh tetap terhidrasi sangat penting karena sering buang air kecil membantu mengeluarkan bakteri yang ada, sehingga mengurangi risiko bakteri menempel di dinding kandung kemih. Disarankan pula untuk buang air kecil dan membersihkan diri sebelum dan sesudah berhubungan seksual.
"Usahakan untuk minum setidaknya dua liter air setiap hari, termasuk segelas besar sebelum tidur, setelah bangun, dan setelah berhubungan," ungkap dokter.
Meski
ISK jarang mengakibatkan komplikasi serius, infeksi yang tidak ditangani bisa menyebabkan sepsis—kondisi berbahaya di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan hingga menyebabkan peradangan menyebar di seluruh tubuh.
Dalam beberapa kasus, sistitis dapat berkembang menjadi infeksi ginjal. Maka, sangat penting untuk segera mencari bantuan medis jika gejala tak kunjung membaik.
