SEOUL, MATAJAMBI.COM - Peningkatan jumlah warga Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan menjadi isu yang terus menarik perhatian dunia. Terbaru, seorang tersangka pembelot Korea Utara dilaporkan telah melintasi perbatasan maritim barat bulan lalu, seperti yang dilaporkan militer Korea Selatan pada Jumat 11 Oktober 2024. Pembelot tersebut kini berada di Korea Selatan, yang menjadi salah satu dari beberapa kasus yang tercatat dalam beberapa bulan terakhir, menandakan ketidakpuasan yang semakin meluas di dalam Korea Utara.
Pembelotan ini terjadi di tengah keputusan Korea Utara untuk memperkuat perbatasan dengan Korea Selatan secara permanen. Militer Korea Utara menyatakan bahwa mereka akan menutup dan memblokade perbatasan selatan dengan memutuskan jalur kereta api dan jalan yang terhubung antara kedua negara, serta membangun struktur pertahanan tambahan. Keputusan ini diperkirakan untuk menghindari kebocoran personel yang semakin sering terjadi, seperti yang diungkapkan oleh Kim Myung-soo, Ketua Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Pembelotan melalui jalur maritim bukanlah hal yang baru. Insiden pembelotan ini mengikuti dua kasus serupa yang dilaporkan pada Agustus lalu, termasuk satu yang melintasi perbatasan darat antar-Korea dan lainnya melalui zona netral di muara Sungai Han. Seiring dengan pergerakan di perbatasan, Korea Selatan juga mencatat bahwa Korea Utara telah memperkuat pertahanan di daerah perbatasan, termasuk menanam ranjau darat baru, yang mengakibatkan kematian sejumlah tentara Korea Utara akibat ledakan ranjau.
Pembelotan dari Korea Utara ke Korea Selatan telah terjadi sejak Perang Korea di tahun 1950-an. Sebagian besar pembelot menggunakan jalur darat melalui China sebelum menuju negara ketiga seperti Thailand untuk akhirnya tiba di Korea Selatan. Namun, sejak pandemi COVID-19, jumlah pembelot menurun tajam karena perbatasan Korea Utara diperketat secara ekstrem. Pada 2020, Korea Utara bahkan memerintahkan tembak di tempat untuk mencegah penyebaran virus di sepanjang perbatasannya dengan China.
Baca Juga : Makin Memanas! Kini Korut Tutup Permanen Perbatasan dengan Korsel, Langkah Drastis di Tengah Ketegangan
Meskipun demikian, angka pembelotan kembali meningkat. Pada Januari 2024, otoritas Korea Selatan melaporkan bahwa jumlah pembelot hampir tiga kali lipat pada tahun sebelumnya, mencapai 196 orang. Banyak dari mereka berasal dari kalangan elite, termasuk diplomat dan mahasiswa, yang ingin melarikan diri dari kondisi kehidupan yang semakin sulit di Korea Utara, terutama di tengah kekurangan pangan dan bencana alam yang tidak tertangani dengan baik oleh pemerintah Pyongyang.
Pembelotan terus menjadi isu sensitif di Semenanjung Korea, dan langkah Korea Utara untuk memperkuat perbatasannya menunjukkan ketegangan yang meningkat antara kedua negara. Bagaimana situasi ini akan berkembang ke depannya masih menjadi tanda tanya besar di tengah dinamika geopolitik di kawasan tersebut.*