Pengamat pasar keuangan, Ibrahim Assuaibi, berpendapat bahwa kesalahan tampilan nilai tukar ini bisa jadi merupakan ulah peretas (hacker). Menurutnya, ada kemungkinan peretas mencoba mengutak-atik data kurs rupiah sebagai bentuk sindiran terhadap target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Ia mengungkapkan bahwa target pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen bisa menjadi alasan bagi para peretas untuk memunculkan kurs rupiah di angka Rp 8.000 per dolar AS. Namun, perkiraan ekonomi dari berbagai lembaga lebih moderat. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar 4,8 persen hingga 5,1 persen, sementara Kementerian Keuangan memproyeksikan 5,2 persen. Bahkan, BI pernah menyesuaikan perkiraan pertumbuhan ekonomi menjadi hanya 3,3 persen.
Baca Juga : Kelas 1, 2, dan 3 Dihapus! Simak Cara Kerja Sistem Baru BPJS Kesehatan
Ibrahim juga menyoroti tantangan ekonomi yang dihadapi masyarakat kelas menengah ke bawah, termasuk meningkatnya angka pengangguran. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi pemerintah pun dinilai belum cukup mampu memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Jika konsumsi meningkat tetapi investasi stagnan, maka pertumbuhan ekonomi sulit mencapai target yang diinginkan.
Di tingkat global, kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump juga menjadi perhatian. Diperkirakan dalam beberapa bulan ke depan akan terjadi perang dagang antara AS dengan beberapa negara seperti Cina, Eropa, Kanada, dan Meksiko. Selain itu, ancaman Trump yang berencana menerapkan sanksi bagi negara-negara anggota BRICS yang tidak menggunakan dolar AS dalam perdagangan internasional turut menambah ketidakpastian ekonomi dunia.
Lebih lanjut, The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga meskipun Trump mendesak adanya perubahan kebijakan. Pergolakan ekonomi ini dinilai dapat menjadi pemicu manipulasi kurs rupiah oleh peretas. "Namun, ini kemungkinan hanya sementara. Diperkirakan pada hari Senin nilai tukar sudah kembali normal," tutup Ibrahim.