JAMBI, MATAJAMBI.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2023, jumlah penderita tuberkulosis (TBC) mencapai angka tertinggi yang pernah tercatat, dengan lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia didiagnosis menderita penyakit paru-paru ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,25 juta orang meninggal dunia akibat TBC, menjadikannya penyebab utama kematian akibat penyakit menular setelah Covid-19.
Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan rasa prihatin mendalam atas tingginya angka kematian akibat TBC.
“Fakta bahwa TBC masih membunuh dan membuat begitu banyak orang sakit adalah kemarahan. Padahal kita memiliki alat untuk mencegahnya, mendeteksinya, dan mengobatinya,” ujarnya, dikutip pada Minggu 3 November 2024.
WHO pun mendesak semua negara untuk berkomitmen dalam memperluas akses dan penggunaan alat-alat pencegahan dan pengobatan untuk menanggulangi TBC secara efektif.
Baca Juga : Bau Mulut Mengganggu? Ini Dia 10 Kebiasaan yang Harus Dihindari!
Negara-Negara Asia Menyumbang Lebih dari Setengah Kasus TBC di Dunia
Beberapa negara di Asia, seperti India, Indonesia, Tiongkok, Filipina, dan Pakistan, menghadapi dampak yang sangat serius akibat TBC, dengan lima negara ini menyumbang lebih dari 50% dari total kasus global. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya perhatian ekstra dalam penanganan dan pencegahan TBC di kawasan yang padat penduduk ini.
Faktor Risiko yang Memicu Meningkatnya Kasus TBC
WHO menyebutkan bahwa ada lima faktor risiko utama yang memicu peningkatan kasus TBC, yaitu:
- Kekurangan Gizi – Malnutrisi mengurangi daya tahan tubuh, membuat individu lebih rentan terhadap infeksi TBC.
- Infeksi HIV – Orang dengan HIV memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, meningkatkan risiko mereka untuk mengembangkan TBC aktif.
- Gangguan Penggunaan Alkohol – Konsumsi alkohol berlebih dapat menurunkan kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko terkena TBC.
- Merokok – Merokok, terutama di kalangan pria, meningkatkan risiko infeksi paru-paru dan gangguan saluran pernapasan, sehingga rentan terhadap TBC.
- Diabetes – Penyakit kronis ini berdampak pada sistem kekebalan tubuh, membuat penderita diabetes lebih rentan terhadap TBC.
Profil Demografis Kasus TBC
Menurut laporan WHO, mayoritas penderita TBC adalah laki-laki (55%), sedangkan perempuan menyumbang 33% dari total kasus. Anak-anak dan remaja muda juga tidak luput dari dampak TBC, dengan presentase sebesar 12%. Tingginya jumlah penderita TBC di kalangan pria sebagian besar dipengaruhi oleh tingginya prevalensi merokok, yang menjadi salah satu faktor risiko utama.
Tuberkulosis: Penyakit yang Mudah Menular Namun Sering Kali Tak Disadari
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang ditularkan melalui udara dan terutama menyerang paru-paru. Menurut perkiraan WHO, sekitar seperempat dari populasi global memiliki infeksi TBC, namun hanya 5-10% di antaranya yang mengalami gejala. Penderita TBC yang tidak bergejala atau memiliki gejala ringan sering kali tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi, sehingga tanpa disadari dapat menyebarkan penyakit ini kepada orang lain.
WHO memperingatkan bahwa gejala TBC dapat berlangsung ringan selama berbulan-bulan, yang dapat memperpanjang periode penyebaran penyakit tanpa disadari oleh penderita. “Gejala TBC mungkin ringan selama berbulan-bulan, sehingga mudah untuk menyebarkan penyakit kepada orang lain tanpa menyadarinya,” ungkap WHO.