Lifestyle

Apa itu Doom Spending yang Disebut sebagai Pemicu Kemiskinan pada Gen Z?

0

0

matajambi |

Kamis, 26 Sep 2024 15:27 WIB

Reporter : Adri

Editor : Adri

Caption Gambar

Berita Terkini, Eksklusif di Whatsapp

+ Gabung

JAMBI, MATAJAMBI.COM - Generasi Z, yang dikenal sebagai generasi yang tumbuh dengan teknologi dan media sosial, kini menghadapi fenomena yang disebut "Doom Spending." Istilah ini merujuk pada kebiasaan pengeluaran berlebihan yang seringkali terjadi secara impulsif sebagai respons terhadap perasaan cemas, ketidakpastian, atau stres, yang dipicu oleh berbagai faktor, termasuk tekanan sosial, media, dan ketidakpastian ekonomi. Doom spending dapat menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya risiko kemiskinan pada Gen Z.

Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu doom spending, bagaimana dampaknya terhadap keuangan generasi Z, dan langkah-langkah untuk menghindari jebakan keuangan ini.

Definisi Doom Spending

Doom spending secara harfiah bisa diterjemahkan sebagai "pengeluaran kehancuran" atau pengeluaran yang didorong oleh ketidakpastian masa depan. Istilah ini mencerminkan perilaku konsumtif yang tidak terkendali, terutama dalam membeli barang atau layanan yang mungkin tidak dibutuhkan, sebagai cara untuk mengatasi perasaan takut, cemas, atau stres. Gen Z, yang umumnya berusia 11 hingga 26 tahun pada tahun 2024, sering terpapar informasi negatif dari media sosial atau berita global yang dapat memicu perasaan putus asa terhadap masa depan, sehingga mereka lebih cenderung terlibat dalam perilaku ini.

Fenomena doom spending ini juga sering didorong oleh FOMO (Fear of Missing Out), di mana seseorang merasa tertinggal atau terisolasi jika tidak mengikuti tren konsumsi yang sedang viral di lingkungan mereka. Akibatnya, meskipun situasi ekonomi pribadi mungkin kurang stabil, perilaku belanja yang tidak rasional menjadi mekanisme pelarian untuk sementara meredakan kecemasan.

Baca Juga : Film Kupu-Kupu Kertas Tayang Lagi di Bioskop: Ini Sinopsis, Aktor dan Genrenya yang Menyentuh Hati

Faktor Pemicu Doom Spending pada Gen Z

Beberapa faktor utama yang menyebabkan generasi Z terjebak dalam doom spending antara lain:

Tekanan Sosial dari Media Sosial

Media sosial menjadi salah satu pemicu terbesar dalam perilaku doom spending. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter secara konstan menampilkan gaya hidup glamor yang mendorong keinginan untuk mengikuti tren. Gen Z sering merasa bahwa mereka harus tampil sejalan dengan standar yang ditetapkan oleh influencer atau selebriti untuk diterima dalam lingkungannya.

Ketidakpastian Ekonomi Global
Krisis ekonomi yang dialami selama beberapa tahun terakhir, terutama akibat pandemi COVID-19, menyebabkan ketidakpastian finansial bagi banyak orang, termasuk Gen Z. Perasaan tidak aman tentang masa depan pekerjaan dan stabilitas ekonomi dapat mendorong mereka untuk menghabiskan uang sebagai pelarian dari rasa cemas dan ketidakpastian.

Kehadiran E-commerce dan Kemudahan Belanja Online
Maraknya platform belanja online seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada memberikan kemudahan bagi Gen Z untuk melakukan pembelian kapan saja dan di mana saja. Diskon besar-besaran dan promo menarik juga mendorong mereka untuk membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan, hanya karena tergoda oleh penawaran tersebut.

Minimnya Literasi Keuangan
Banyak dari generasi Z yang kurang mendapatkan pendidikan mengenai pengelolaan keuangan yang baik. Mereka cenderung tidak memahami pentingnya menabung atau berinvestasi untuk masa depan. Ketidakmampuan untuk mengelola pengeluaran secara bijak inilah yang seringkali membuat mereka terjebak dalam lingkaran doom spending.

Dampak Doom Spending pada Kondisi Keuangan Gen Z

Doom spending berpotensi membawa dampak buruk pada kondisi keuangan jangka panjang, terutama bagi Gen Z yang baru mulai memasuki dunia kerja. Berikut adalah beberapa dampak yang bisa ditimbulkan oleh perilaku ini:

Baca Juga : Reaksi Mengejutkan Azizah Salsha Usai Salim Akui Perselingkuhan, Rumah Tangga Saya Tak Terganggu!

Meningkatnya Hutang Konsumtif
Banyak Gen Z yang menggunakan kartu kredit atau layanan "beli sekarang, bayar nanti" (BNPL) untuk memenuhi keinginan belanja mereka. Meskipun hal ini terlihat menguntungkan dalam jangka pendek, penggunaan berlebihan tanpa perencanaan yang matang dapat menyebabkan hutang yang menumpuk. Akibatnya, mereka bisa terjebak dalam siklus utang yang sulit diatasi.

Mengurangi Kesempatan Menabung dan Berinvestasi
Ketika uang terus-menerus dihabiskan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif, kesempatan untuk menabung atau berinvestasi menjadi hilang. Padahal, investasi dan tabungan sangat penting untuk membangun stabilitas finansial di masa depan, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Share :

KOMENTAR

Konten komentar merupakan tanggung jawab pengguna dan diatur sesuai ketentuan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Komentar

BERITA TERKAIT


BERITA TERKINI


BERITA POPULER