MERANGIN, MATAJAMBI.COM – Seorang warga Kabupaten Merangin, Jambi, bernama Jimi, menyampaikan keluhannya langsung kepada Presiden RI Prabowo Subianto.
Ia menyoroti kondisi Sungai Batang Merangin yang kini semakin keruh dan tak lagi bisa dimanfaatkan warga, diduga kuat akibat maraknya aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI).
Dalam sebuah video yang diunggah ke akun TikTok pribadinya, @aban.jim, Jimi memperlihatkan kondisi terkini Sungai Batang Merangin di kawasan Desa Tanjung Gedang, Kecamatan Pamenang.
Air yang dulunya jernih kini berubah menjadi keruh kecokelatan, membuat masyarakat kehilangan sumber air bersih sekaligus potensi ekonomi dari sungai tersebut.
Jimi menegaskan bahwa persoalan pencemaran Sungai Batang Merangin bukanlah hal baru. Menurutnya, kerusakan itu sudah terjadi sejak lebih dari satu dekade lalu.
“Sejak sekitar tahun 2010, kami di Tanjung Gedang sudah merasakan dampak kerusakan sungai ini.
Dulu airnya bening, sekarang berubah kuning pekat. Bahkan bantaran sungai yang dulunya bersih, kini penuh kotoran karena warga sudah malas membersihkannya,” ungkap Jimi, Minggu 24 Agustus 2025.
Ia menduga keruhnya air sungai yang menjadi salah satu aliran terpanjang di Pulau Sumatera itu disebabkan oleh aktivitas PETI di bagian hulu.Hingga kini, praktik tambang ilegal tersebut masih berjalan tanpa pengawasan ketat.
“Penyebab utamanya jelas, yaitu banyaknya aktivitas PETI. Limbahnya mengalir langsung ke Sungai Batang Merangin dan membuat sungai ini semakin rusak,” tegasnya.
Melihat kondisi yang kian memprihatinkan, Jimi berharap Presiden Prabowo, Kapolri, hingga Panglima TNI turun tangan menghentikan PETI di wilayah Merangin. Ia meminta penanganan serius agar sungai bisa kembali seperti sedia kala.
“Harapan kami, Presiden, Kapolri, dan Panglima TNI bisa menghapuskan PETI di Merangin. Kalau perlu, turun langsung untuk menertibkan tambang ilegal ini,” pintanya.
Dalam kesempatan itu, Jimi juga menyinggung kinerja Gubernur Jambi Al Haris dan Bupati Merangin M Syukur yang dinilainya belum mampu memperbaiki kondisi sungai. Ia menuding adanya pembiaran sehingga masyarakat semakin kecewa.
“Seakan-akan ada pembiaran. Sungai ini sumber kehidupan kami, tapi justru dibiarkan rusak. Kalau begini terus, masyarakat akan semakin apatis terhadap lingkungan,” ujarnya dengan nada kecewa.