Jika mereka terlihat menentang aturan, sebenarnya bukan karena ingin melawan, melainkan karena sedang mencoba menyelaraskan nilai-nilai yang dianut keluarga dengan prinsip yang sedang mereka bangun. Saat seperti ini, pendekatan yang paling tepat adalah melalui dialog yang sabar dan terbuka, bukan tekanan atau paksaan.
Baca Juga: Tak Bisa Main Aman! Inilah Alasan Timnas U-23 Harus Taklukkan Harimau Malaya di GBK
2. Refleksi Diri: Ingatlah Masa Remaja Kita Dahulu
Untuk memahami keresahan anak, cobalah mengingat kembali masa remaja Anda sendiri. Kita pun pernah merasakan kekecewaan, rasa cinta pertama, ingin dianggap keren, dan kadang merasa tidak dipahami orang tua.
Momen reflektif ini bisa membuat kita lebih berempati. Jangan sampai pola pengasuhan yang dulu kita benci, kini justru kita ulangi kepada anak sendiri. Anak remaja tidak membutuhkan penghakiman, melainkan pengertian.
3. Bangun Kedekatan Lewat Mendengar Aktif
Salah satu kebutuhan terbesar remaja adalah memiliki ruang yang aman untuk mencurahkan isi hati. Jadilah sosok yang siap mendengarkan, bukan ceramah yang tak diminta. Dengarkan tanpa memotong, tanpa menyalahkan, dan tanpa terburu-buru memberi solusi.
Baca Juga: Tak Bisa Main Aman! Inilah Alasan Timnas U-23 Harus Taklukkan Harimau Malaya di GBKCukup dengan kalimat seperti, “Apa yang bisa ayah atau bunda bantu?” sudah cukup untuk membuka hati mereka. Tunjukkan bahwa Anda hadir bukan untuk mengendalikan, tapi untuk menemani proses pencarian jati diri mereka.
4. Buat Aturan yang Jelas dan Logis
Banyak orang tua sering melarang, tetapi tidak menetapkan batasan yang tegas. Misalnya, melarang anak main HP terlalu lama, namun tanpa patokan waktu yang jelas. Atau menyuruh tidur awal tanpa menjelaskan manfaatnya.
Sebaiknya, buatlah kesepakatan yang disepakati bersama. Misalnya: “Bagaimana kalau kamu pakai gadget maksimal 2 jam sehari, dan istirahat pukul 22.00 supaya paginya lebih segar ke sekolah?”. Jelaskan alasannya secara logis. Remaja lebih mudah menerima aturan jika mereka diajak bicara dan merasa didengar.
Baca Juga: Prabowo Disambut Yel-Yel Dua Periode di Kongres PSI! Kaesang dan Jokowi Turut Beri Sinyal?
5. Berikan Pilihan, Jangan Paksakan Satu Jalan
Remaja ingin merasa dihargai. Memberikan mereka pilihan dalam berbagai hal, sekecil apapun itu, akan membuat mereka merasa dipercaya. Misalnya: "Kamu lebih suka bantu cuci piring atau sapu halaman?". Dengan begitu, mereka tidak merasa diperintah, tapi diajak bekerja sama.