MATAJAMBI.COM - Beberapa individu dengan pigmen kulit paling gelap di bumi berasal dari Sudan Selatan, negara termuda di dunia.
Salah satu sosok yang paling mencuri perhatian adalah Nyakim Gatwech, seorang model keturunan Sudan Selatan-Amerika yang dikenal sebagai wanita dengan kulit tergelap di dunia.
Lahir pada 27 Januari 1993 di sebuah kamp pengungsi di Ethiopia, Nyakim merupakan anak dari orang tua asal Sudan Selatan. Masa kecilnya dihabiskan di Kenya sebelum akhirnya pindah ke Amerika Serikat pada usia 16 tahun.
Perjalanannya di negeri Paman Sam penuh tantangan. Sejak kecil, ia kerap mengalami diskriminasi dan intimidasi akibat warna kulitnya yang unik.
Baca Juga: Heboh! Kasus Keracunan Makanan di Sekolah, Ini Tanggapan Badan Gizi Nasional
Ia menerima berbagai komentar rasis, termasuk pertanyaan absurd mengenai apakah kulitnya yang sangat gelap disebabkan oleh kondisi medis atau apakah ia bisa ‘mencuci warna kulitnya’. Bahkan, di satu titik, ia sempat mempertimbangkan untuk memutihkan kulitnya.
Meski menghadapi berbagai rintangan, dunia modeling menjadi jalannya untuk membuktikan bahwa kecantikan tidak memiliki batasan warna. Kariernya bermula secara tidak sengaja saat ia berusia 17 tahun.
Saat itu, seorang mahasiswa desain yang menjadi tutornya meminta Nyakim untuk mengenakan salah satu rancangannya dalam sebuah fashion show. Pengalaman ini membawanya jatuh cinta pada dunia modeling, dan sejak itu, ia mulai tampil dalam berbagai peragaan busana di Minnesota, New York, hingga Los Angeles.
Dengan tekad yang kuat, Nyakim membangun kehadirannya di dunia digital melalui sesi pemotretan yang ia inisiasi sendiri. Hasilnya, ia berhasil menarik perhatian jutaan pengikut yang mengagumi kepercayaan dirinya serta pesona eksotisnya. Namun, ketenarannya juga membawanya ke dalam kontroversi.
Baca Juga: Awal Mula al-A’la, al-Kafirun dan al-Ikhlas Sering Jadi Bacaan di 3 Rakaat Shalat Witir Usai Shalat Tarawih, Begini Penjelasannya
Pada tahun 2022, ia menjadi pusat perdebatan setelah psikiater Universitas Columbia, Jeffrey Lieberman, menyebutnya sebagai “fenomena aneh” dalam sebuah cuitan yang kini telah dihapus. Pernyataan rasis tersebut memicu kecaman luas, yang akhirnya berujung pada skorsing Lieberman dari berbagai posisi akademiknya.
Alih-alih menyerah pada tekanan dan standar kecantikan konvensional, Nyakim justru semakin bangga dengan kecantikannya.
Ia membuktikan bahwa warna kulit bukanlah penghalang untuk bersinar. Kini, ia menjadi inspirasi bagi banyak orang berkulit gelap di seluruh dunia dan membuktikan bahwa kecantikan hadir dalam berbagai nuansa.