MATAJAMBI.COM - Keyakinan bahwa perempuan bertanggung jawab atas urusan dapur masih bertahan di banyak budaya. Bahkan dalam hubungan modern, di mana kedua pasangan bekerja, beberapa pria tetap menganggap memasak sebagai tugas istri atau pacar mereka.
Ada yang berpendapat ini hanyalah tradisi. Yang lain meyakini bahwa perempuan lebih terampil dalam memasak secara alami. Beberapa pria bahkan merasa tidak perlu belajar memasak karena mereka terbiasa dilayani.
Namun, di era saat ini, di mana peran gender semakin setara, apakah adil jika perempuan masih dipandang sebagai satu-satunya yang bertanggung jawab di dapur?
Selama berabad-abad, masyarakat telah membagi tanggung jawab berdasarkan gender. Laki-laki diharapkan menjadi pencari nafkah, sedangkan perempuan dituntut mengurus rumah tangga—termasuk memasak.
Baca Juga: Cara Efektif Belajar 12-14 Jam Sehari Tanpa Stres, Lakukan 10 Tips Ini!
Dalam beberapa budaya, keterampilan memasak bahkan dianggap sebagai ukuran nilai seorang perempuan. Ungkapan seperti "Tidak ada pria yang akan menikahimu jika kamu tidak bisa memasak" sering digunakan untuk menekan anak perempuan agar menguasai dapur sejak dini.
Dulu, pembagian peran ini mungkin masuk akal. Laki-laki bekerja di luar rumah dengan pekerjaan fisik yang berat, sementara perempuan bertanggung jawab atas urusan domestik. Tetapi kini, baik pria maupun wanita memiliki karier dan kesibukan yang sama menuntut.
Namun, mengapa hingga saat ini masih banyak yang beranggapan bahwa perempuan harus menjadi koki utama di rumah, meskipun mereka juga bekerja sepanjang hari seperti pasangan mereka?
Beberapa orang beranggapan bahwa perempuan memiliki "bakat alami" dalam memasak. Tetapi apakah itu benar?
Baca Juga: Benarkah Konsumsi 2 Telur Sehari Berlebihan? Ini Jawaban Ahli!
Memasak bukan soal insting, tetapi keterampilan yang bisa dipelajari. Sama seperti mengemudi atau memainkan alat musik, siapa pun—baik pria maupun wanita—bisa menjadi ahli dengan latihan dan pengalaman.
Bahkan, jika kita melihat industri kuliner profesional, mayoritas koki terbaik di dunia adalah laki-laki. Jika pria bisa menguasai dapur di restoran berbintang Michelin, mengapa masih ada yang menganggap mereka tidak mampu memasak di rumah?
Namun, ada alasan lain. Banyak laki-laki tumbuh dalam lingkungan di mana mereka tidak pernah diajarkan cara memasak. Ibu mereka menyiapkan makanan, saudara perempuan mereka membantu di dapur, dan ketika mereka menikah, istri mereka melanjutkan peran tersebut.
Memasak bukanlah "keahlian perempuan", tetapi keterampilan yang tidak diajarkan kepada laki-laki sejak kecil.