JAKARTA, MATAJAMBI.COM - Pengacara kondang Farhat Abbas, yang dikenal sering terlibat dalam kasus-kasus besar di Tanah Air, ikut angkat bicara mengenai kasus yang melibatkan Laura Meizani alias Lolly, putri Nikita Mirzani, dan kekasihnya, Vadel Badjideh. Kasus ini telah menjadi sorotan publik setelah Vadel dilaporkan atas dugaan persetubuhan dengan Lolly, yang masih di bawah umur. Tuduhan tersebut memicu banyak spekulasi dan reaksi dari berbagai kalangan, termasuk dari Farhat Abbas, yang memberikan pandangannya mengenai pentingnya pendekatan hukum yang bijaksana dalam kasus ini.
Farhat Abbas menegaskan bahwa kasus yang melibatkan anak di bawah umur seperti Lolly harus ditangani dengan sangat hati-hati dan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Ia mengingatkan bahwa perlindungan terhadap anak merupakan salah satu prioritas utama dalam sistem hukum Indonesia, sehingga proses hukum harus berjalan secara transparan dan adil.
Menurut Farhat, dalam situasi seperti ini, semua pihak harus lebih mengedepankan hukum dan fakta yang ada, ketimbang berspekulasi melalui pemberitaan di media massa atau media sosial. “Kasus ini melibatkan anak di bawah umur, jadi harus ditangani dengan hati-hati. Proses hukum adalah jalan terbaik untuk mengungkap kebenaran,” ujar Farhat dalam sebuah wawancara.
Farhat Abbas juga menyoroti bagaimana media sosial memainkan peran besar dalam kasus ini. Publik telah mengikuti perkembangan kasus Lolly dan Vadel melalui berbagai unggahan di media sosial, baik dari pihak Nikita Mirzani, Vadel Badjideh, maupun pengacara masing-masing. Namun, Farhat mengingatkan bahwa opini publik yang terbentuk dari media sosial seringkali tidak sepenuhnya akurat, bahkan bisa menimbulkan kesalahpahaman.
Baca Juga : Hotman Paris Sindir Vadel Badjideh, Ingatkan untuk Berhati-hati Memilih Pengacara hingga Bandingkan Tarif jadi Kuasa Hukum
Ia mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu cepat membuat kesimpulan berdasarkan apa yang mereka lihat di media sosial, dan lebih baik menunggu hasil dari proses hukum yang sedang berlangsung. “Media sosial bisa memperkeruh situasi, apalagi jika informasi yang beredar tidak sesuai dengan fakta. Yang terbaik adalah kita menunggu proses hukum selesai sebelum membuat penilaian,” tambah Farhat.
Vadel Badjideh, yang sejak awal membantah semua tuduhan yang dilayangkan oleh Nikita Mirzani, telah menunjuk pengacara Razman Arif Nasution untuk menangani kasus ini. Keputusan Vadel memilih Razman sebagai kuasa hukumnya menimbulkan pro dan kontra di kalangan publik. Beberapa pihak mengkritik pilihan tersebut, dengan menyebut bahwa gaya Razman yang cenderung kontroversial dapat memperburuk situasi.
Farhat Abbas pun menanggapi hal ini dengan bijaksana. Ia mengatakan bahwa pemilihan pengacara adalah hak setiap individu, namun pengacara yang dipilih haruslah mampu menjalankan tugasnya dengan baik, tanpa memperkeruh situasi. “Sebagai pengacara, kita punya tanggung jawab untuk membela klien dengan sebaik mungkin, tanpa membuat masalah semakin rumit. Profesionalisme dan etika harus selalu diutamakan,” jelas Farhat.
Farhat Abbas mengingatkan bahwa dalam situasi hukum yang rumit seperti kasus ini, memilih pengacara yang tepat sangatlah penting. Ia menyarankan agar para pihak yang terlibat dalam masalah hukum memilih kuasa hukum yang tidak hanya kompeten, tetapi juga mampu menjaga suasana tetap kondusif. Ia menegaskan bahwa pengacara yang terlalu sering terlibat dalam kontroversi atau memancing perhatian publik justru bisa merugikan kliennya.
“Ketika berhadapan dengan masalah hukum yang serius, pilihlah pengacara yang bisa memberikan solusi, bukan yang justru membuat publik semakin marah. Pengacara yang baik harus mampu menenangkan suasana, bukan sebaliknya,” tutur Farhat.*