KOTA JAMBI, MATAJAMBI.COM - UIN Sulthan Thaha Saifuddin (STS) Jambi tengah berduka setelah salah satu mahasiswinya, SAS (21), ditemukan meninggal dunia pada Minggu, 14 Juli 2024, pukul 22.00 WIB. SAS mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai 12 Gedung Mahligai Jambi.
Rektor UIN STS Jambi, Asad, dalam rapat pimpinan yang dihadiri oleh para wakil rektor, dekan, dan pejabat lainnya, menyampaikan kesedihan yang mendalam.
“Rekan-rekan yang hadir tentu sudah mengetahui kabar ini. Kita semua, sebagai bagian dari civitas academica, sangat merasa kehilangan dan berduka,” ujar Asad dengan emosional.
Asad langsung menginstruksikan para dekan untuk mengambil langkah strategis dalam meningkatkan pengawasan dan bimbingan kepada mahasiswa. Menurutnya, pembimbing akademik harus lebih aktif, tidak hanya dalam hal akademik tetapi juga sebagai teman yang baik bagi mahasiswa.
Baca Juga : Dari Kafe ke Balkon: Jejak Langkah Terakhir Mahasiswi UIN Jambi yang Nekat Terjun dari Lantai 12 Bank 9 Jambi
Baca Juga : Mahasiswi di Jambi Lompat dari Lantai 12 Gedung Mahligai Bank 9 Jambi, Penyebabnya Bikin Banjir Air Mata!
“Saya terus merenung sejak mendengar kabar ini. Kita harus lebih maksimal, intensif, dan interaktif dalam mendampingi mahasiswa. Kita juga harus mendengarkan keluhan dan curhatan mereka,” tegas Asad.
Asad juga mengingatkan pentingnya memberikan pelayanan terbaik bagi mahasiswa dan segera menangani masalah yang mereka hadapi.
“Pelayanan terbaik harus selalu kita berikan. Mahasiswa tidak boleh lagi dipersulit. Dekan dan ketua prodi harus segera memanggil mahasiswa yang belum selesai kuliah jika sudah melewati semester 10,” tambahnya.
Peristiwa tragis ini berawal ketika SAS ditemukan tewas setelah melompat dari lantai 12 Gedung Mahligai Jambi. SAS, mahasiswi semester akhir di UIN STS Jambi, berasal dari Lubuk Linggau, Sumatera Selatan.
Baca Juga : Bikin Heboh! Ada Empat Adegan Vulgar Video Syur Mirip Audrey Davis Beredar di Telegram
Kapolsek Telanaipura, AKP S Harefa, menjelaskan bahwa penyelidikan awal mengindikasikan SAS mengalami depresi. “Riwayat pencarian internet di ponselnya menunjukkan bahwa ia mencari informasi tentang cara bunuh diri,” ungkap Harefa.
Keluarga korban menolak otopsi, sehingga hanya dilakukan visum sebelum jenazah SAS dipulangkan ke rumah duka di Lubuk Linggau untuk dimakamkan. Harefa berharap kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental.
“Ini harus menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental orang-orang terdekat, terutama mahasiswa,” jelasnya.