Orang tua diharapkan mampu membimbing anak agar menjadikan AI sebagai alat eksplorasi, bukan sekadar jalan pintas. Sementara inovator ditantang merancang sistem AI yang mendorong refleksi dan keterlibatan aktif, bukan hanya memberikan kepuasan sesaat.
“Agensi manusia tidak bisa diberikan atau diambil oleh AI. Namun kita bisa lupa menggunakannya, dan itulah risiko terbesar,” tambahnya.
Menjadi Penulis Pikiran Sendiri
Meski AI semakin canggih hingga mampu meniru bahasa manusia dengan sangat halus, pakar menegaskan pentingnya kesadaran untuk tetap menjadi pengendali. Kekuatan sejati manusia adalah menjadi penulis pikiran kita sendiri. AI bisa menjadi pendukung pertumbuhan, asalkan digunakan dengan penuh kesadaran.