MATAJAMBI.COM - Kesulitan melepaskan diri dari kebiasaan lama atau kecanduan adalah pengalaman yang sangat umum. Meski kita bertekad berubah, rutinitas lama seringkali lebih kuat daripada niat terbaik. Untungnya, psikiater memberi panduan praktis yang membantu “menata ulang” pola perilaku sehingga kebiasaan baru bisa menempel lebih kuat.
Penulis pernah mencoba merombak pola makan dan olahraga secara drastis diet anti-inflamasi ketat, beralih minyak goreng, minum lebih banyak air, dan rutin berolahraga setiap pagi. Hasilnya? Dalam hitungan minggu, godaan lama kembali roti dimakan lagi, latihan tertunda karena pegal, dan sayuran yang dibeli tak tersentuh.
Kisah ini menunjukkan satu hal: niat tanpa strategi praktis kerap kalah oleh kebiasaan yang sudah mengakar.
Menurut Dr. Adeola Adeyemi, psikiater yang praktik di Inggris, kebiasaan itu “perilaku yang dipelajari.” Otak membentuk jalur saraf saat kita mengulangi tindakan, dan koneksi itu diperkuat baik oleh kenikmatan yang kita rasakan maupun sekadar oleh kebiasaan.
Maka, wajar jika kebiasaan lama tidak hilang begitu saja. Kabar baiknya: otak juga mampu beradaptasi, asal kita mengikuti langkah langkah yang benar.
Dr. Adeyemi merangkum lima langkah praktis untuk menghentikan kebiasaan lama dan membentuk kebiasaan sehat baru.
1. Sadari pola lama AndaPerubahan harus dimulai dari kesadaran. Anda perlu mengidentifikasi secara spesifik perilaku yang ingin diubah: kapan terjadi, apa pemicunya, dan bagaimana respons Anda. Tanpa pengamatan jujur terhadap pola tersebut, upaya perubahan cenderung sia-sia.
2. Hilangkan pemicu lingkungan
Banyak kebiasaan dipicu oleh tanda-tanda di lingkungan sekitar aroma, lokasi, benda, atau bahkan jam tertentu. Menghapus atau mengubah pemicu ini memutus “pemicu → respons” otomatis yang mengunci kebiasaan lama. Misalnya, buang camilan tak sehat dari rumah atau atur ulang rute pulang agar tidak melewati kafe yang menggoda.
3. Konsisten menjalankan kebiasaan baru
Perulangan adalah kunci. Kebiasaan baru terbentuk melalui pengulangan yang konsisten sehingga koneksi saraf baru terbentuk. Dr. Adeyemi menyarankan terus melanjutkan meski sempat “terselip”. Konsistensi selama beberapa minggu bukan satu hari ideal yang membuat pola baru semakin kuat.