Metronews

Waduh! Dedi Mulyadi Sidak Pabrik Aqua, Ternyata Sumber Airnya Bukan dari Pegunungan, Ternyata dari Sini!

0

0

matajambi |

Rabu, 22 Okt 2025 09:01 WIB

Reporter : Adri

Editor : Adri

Dedi Mulyadi Sidak Pabrik Air Mineral di Subang, Bongkar Fakta Mengejutkan soal Sumber Air dan Upah Sopir - (Yotube @KANG DEDI MULYADI CHANNEL)

Berita Terkini, Eksklusif di Whatsapp

+ Gabung

SUBANG, MATAJAMBI.COM – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali menjadi sorotan publik usai melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sebuah pabrik air mineral Aqua di Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, pada Senin 20 Oktober 2025.

Kunjungan ini terekam dalam unggahan video di kanal YouTube @Kang Dedi Mulyadi Channel, yang kini viral dan ramai diperbincangkan warganet.

Dalam video tersebut, Dedi tampak terkejut ketika mengetahui bahwa air yang digunakan pabrik itu ternyata berasal dari sumur bor, bukan mata air pegunungan sebagaimana sering digambarkan dalam iklan produk air kemasan ternama.

Temuan itu sontak memunculkan perdebatan di media sosial, terutama karena publik selama ini percaya air kemasan tersebut bersumber langsung dari pegunungan.

Baca Juga:

Aturan Baru Pemkot Jambi: Pengisian Solar Subsidi Kini Tak Bisa Sembarangan, Ini Aturannya!

Salah satu komentar warganet di kolom unggahan YouTube menyoroti hal ini dengan nada sinis:

 “Aqua ternyata gratis bahan bakunya... aduhhh, untungnya banyak dong…” tulis akun @marnotea5971.

Tak berhenti di situ, Dedi juga menemukan berbagai pelanggaran operasional, mulai dari muatan truk yang melebihi kapasitas, hingga upah sopir yang dinilai tak layak.

Menurut hasil pengamatan langsung di lapangan, truk pengangkut galon air yang seharusnya memuat 5 ton, ternyata diberi beban hingga 13 ton.

Padahal, kondisi jalan di wilayah Subang tengah menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi Jawa Barat karena banyak mengalami kerusakan.

Baca Juga:

Usai Kluivert Gagal Penuhi Ekspektasi, Iwan Bule Dorong Shin Tae-yong Kembali ke Kursi Pelatih Timnas Indonesia

Dedi menilai, praktik kelebihan muatan dari perusahaan besar semacam ini bisa menjadi salah satu penyebab rusaknya infrastruktur jalan dan jembatan di daerah tersebut.

Lebih ironis lagi, para sopir truk justru kerap dijadikan kambing hitam bila terjadi kecelakaan akibat beban berlebih, padahal mereka hanya menjalankan perintah perusahaan.

“Upahnya cuma Rp125 ribu sekali jalan, tapi beban muatannya tiga kali lipat dari seharusnya,” ujar Dedi Mulyadi dalam video sidaknya.

Sumber :

Share :

KOMENTAR

Konten komentar merupakan tanggung jawab pengguna dan diatur sesuai ketentuan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Komentar

BERITA TERKAIT


BERITA TERKINI


BERITA POPULER