BATANG HARI, MATAJAMBI.COM – Wakil Bupati Batang Hari, H. Bakhtiar, menghadiri kegiatan MAKARA XI Arkeologi Herinnering yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Arkeologi (PRAJA) Universitas Jambi, Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), pada Sabtu 25 Oktober 2025.
Acara berlangsung meriah di Lapangan Sepak Bola Benteng Tembesi, dan dihadiri para mahasiswa, dosen, serta masyarakat sekitar yang antusias mengikuti kegiatan bernuansa sejarah tersebut.
Dalam sambutannya, Wabup Bakhtiar menyampaikan apresiasinya kepada mahasiswa yang telah berupaya menggali, merawat, dan memperkenalkan kembali nilai-nilai sejarah daerah Jambi, khususnya Batang Hari. Menurutnya, memahami sejarah bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga menjadi pijakan penting dalam membangun jati diri bangsa.
“Saya berterima kasih kepada para mahasiswa Arkeologi Universitas Jambi yang terus menjaga dan memperkenalkan bukti-bukti sejarah, baik yang berwujud benda maupun tak benda.
Pada masa lampau, Sungai Batang Hari menjadi jalur utama transportasi dan peradaban, menjadi saksi bagi aktivitas agama, pendidikan, dan ekonomi masyarakat kita,” ujar Bakhtiar.
Wabup Bakhtiar juga menyinggung berbagai situs bersejarah yang tersebar di wilayah Jambi. Ia menjelaskan bahwa jejak peninggalan masa lampau menunjukkan betapa kayanya daerah ini dengan warisan budaya dan spiritual.
                        
            
            
            
Mulai dari kompleks Candi Muaro Jambi hingga Candi Muaro Takus, keduanya menjadi bukti bahwa wilayah ini pernah menjadi pusat perkembangan agama dan pendidikan pada masa kerajaan-kerajaan lama.Ia juga menyebut situs-situs lain seperti Candi Pematang Saung di Pemayung, Candi Teratai di seberang Muara Bulian, serta patung-patung Buddha di Desa Rantau Kapas, yang menandakan pengaruh kuat ajaran Buddha di masa itu.
Selain itu, perkembangan pendidikan Islam juga terekam jelas lewat keberadaan masjid tua di Kampung Raja, serta munculnya berbagai pondok pesantren yang kini tumbuh pesat di Batang Hari.
Lebih lanjut, Bakhtiar menuturkan bahwa wilayah Muara Tembesi memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Di sana terdapat tiga pertemuan sungai antara Sungai Tembesi dan Sungai Batang Hari, yang dahulu menjadi jalur perdagangan penting di masa kolonial.
“Muara Tembesi dikenal sebagai pusat aktivitas ekonomi di masa Belanda. Ada jejak kantor perdagangan, pelabuhan kecil, hingga makam orang Belanda di kawasan pasar Tembesi. Catatan sejarah menyebutkan, pada tahun 1901 sudah ada kapal dagang VOC yang masuk melalui jalur sungai ini,” jelasnya.
Tak hanya itu, Bakhtiar juga menceritakan sistem perdagangan zaman dahulu, di mana masyarakat Batang Hari yang memiliki kebun lada atau cengkih menggunakan kupon sebagai alat tukar. Kupon tersebut dapat ditukar dengan sembako, menjadi bukti awal sistem ekonomi lokal yang unik dan kreatif.