Di tingkat global, kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump juga menjadi perhatian. Diperkirakan dalam beberapa bulan ke depan akan terjadi perang dagang antara AS dengan beberapa negara seperti Cina, Eropa, Kanada, dan Meksiko. Selain itu, ancaman Trump yang berencana menerapkan sanksi bagi negara-negara anggota BRICS yang tidak menggunakan dolar AS dalam perdagangan internasional turut menambah ketidakpastian ekonomi dunia.
Lebih lanjut, The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga meskipun Trump mendesak adanya perubahan kebijakan. Pergolakan ekonomi ini dinilai dapat menjadi pemicu manipulasi kurs rupiah oleh peretas. "Namun, ini kemungkinan hanya sementara. Diperkirakan pada hari Senin nilai tukar sudah kembali normal," tutup Ibrahim.