MATAJAMBI.COM - Di era digital saat ini, banyak orang mulai merasa curiga terhadap ponsel mereka. Beberapa pengguna mengaku kerap mengalami kejadian aneh: baru saja membicarakan rencana liburan atau produk tertentu, tak lama kemudian iklan serupa muncul di media sosial atau mesin pencari. 
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar  apakah ponsel kita benar-benar mendengarkan dan memata-matai percakapan pribadi?
Para pakar teknologi dan keamanan siber pun angkat bicara untuk menjawab keresahan tersebut. Secara teknis, memang benar bahwa smartphone masa kini dilengkapi dengan mikrofon canggih serta sistem izin aplikasi yang memungkinkan pengumpulan data audio. 
Namun, menurut penelitian terbaru, belum ada bukti kuat bahwa ponsel secara aktif merekam pembicaraan pengguna tanpa izin. Mikrofon hanya akan aktif jika diperintahkan oleh fitur asisten suara seperti Siri, Alexa, atau Google Assistant.
Meski demikian, bukan berarti privasi pengguna sepenuhnya aman. Tanpa harus mendengarkan secara langsung, smartphone mampu melacak hampir semua aktivitas digital penggunanya mulai dari lokasi, pencarian online, hingga lama waktu berinteraksi di media sosial. 
Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan perusahaan periklanan digital seperti Meta, Google, dan TikTok untuk menampilkan iklan yang sangat relevan dengan minat pengguna.
                        
            
            
            
Teknologi periklanan (AdTech) kini jauh lebih pintar dari yang disadari banyak orang. Ketika seseorang mencari tiket pesawat, membuka situs perjalanan, atau menyukai postingan bertema liburan, sistem algoritma akan mengaitkan semua data tersebut. Jadi, ketika pengguna kemudian berbicara soal liburan dan melihat iklan perjalanan, kesannya seperti ponsel mendengarkan, padahal sebenarnya hasil kerja sistem yang menebak perilaku digital secara akurat.
Sejumlah pengguna di berbagai negara, termasuk Indonesia dan Nigeria, masih percaya bahwa ponsel mereka diam-diam menguping. Mereka mengaku menemukan iklan dari produk yang baru saja dibicarakan secara lisan.
Namun, para pakar menyebut hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh pelacakan data lintas perangkat, penggunaan cookie, atau algoritma prediktif yang sangat sensitif terhadap pola perilaku pengguna.
Pakar keamanan siber menegaskan bahwa ancaman nyata bukanlah mikrofon yang menyala diam-diam, melainkan izin aplikasi yang diberikan tanpa disadari. Banyak aplikasi meminta akses ke kamera, lokasi, hingga mikrofon meski tidak berhubungan dengan fungsinya.
Aktivitas semacam ini memungkinkan data pribadi pengguna dikumpulkan secara masif di latar belakang tanpa terlihat.